I. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Salah satu kebutuhan primer manusia
adalah kebutuhan akan pangan. Ketersediaan pangan harus sesuai dengan
kebutuhan, sehingga peningkatan produksi pertanian menjadi suatu hal yang
mutlak untuk dilakukan. Apalagi mengingat pertambahan penduduk yang cenderung
semakin meningkat (Harjadi, 1999) sementara usaha pertanian di Indonesia mengalami keterpurukan produksi akibat
serangan hama.
Memasuki abad
ke-21 banyak keluhan-keluhan masyarakat terutama masyarakat menengah ke atas tentang berbagai
penyakit seperti stroke, penyempitan
pembuluh darah, pengapuran, dan lain-lain yang diduga terkait dengan pola dan bahan makan. Banyak sekali makanan yang diolah dengan berbagai bahan kimia tambahan.
Banyaknya kegiatan
budaya yang menggunakan pestisida kimia dengan frekuensi dan dosis yang berlebihan
dalam rangka meningkatkan hasil panen, akan menghasilkan bahan pangan yang
meracuni tubuh manusia karena mengandung logam-logam berat. Bahkan, makan sayur
yang dulu selalu dianggap menyehatkan, kini harus
diwaspadai karena sayuran telah terkontaminasi dengan bahan-bahan kimia beracun
yang berasal dari pestisida kimia yang digunakan.
Untuk
mengatasi kondisi tersebut salah satu upaya yang dilakukan adalah pemanfaatan pestisida
alami yang selain mampu mengurangi atau meniadakan hambatan-hambatan masalah
produksi seperti serangan hama juga menghindari manusia dari efek negatif yang
ditimbulkan. Salah satu bahan alami potensial yang dapat digunakan sebagai
bahan pembuatan biopestisida adalah tanaman Kacang Babi (Vicia faba L.) karena tanaman yang tumbuh liar di berbagai tempat
ini sudah terbukti mampu mengatasi serangan hama dan penyakit khususnya pada
beberapa jenis sayuran. Penggunaannya sebagai
biopestisida pada tanaman kubis dan kentang belum banyak diteliti. Oleh karena
itu, bahan aktif yang terdapat dalam tanaman ini perlu diteliti dengan seksama.
Perumusan Masalah
Hal yang akan di amati dalam penelitian ini adalah:
1.
Mempelajari kandungan bahan
aktif daun Kacang Babi (V. faba L.)
2.
Menjajaki peluang penggunaan ekstrak
daun Kacang Babi (V. faba L.) sebagai
biopestisida pada beberapa tanaman pertanian dan sekaligus mengamati tingkat
keefektifannya
3. Mengenalkan biopestisida dari ekstrak daun Kacang Babi kepada para
petani.
Tujuan Program
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memanfaatkan bagian tumbuhan Kacang Babi (V. faba L.) khususnya bagian daun sebagai biopestisida untuk menangani keterpurukan
produksi pertanian di Indonesia dari serangan hama, serta meningkatkan produksi
pangan di Indonesia yang sehat dan aman, dengan
memfokuskan penelitian pada kandungan bahan aktif yang terdapat dalam daun
tanaman tersebut.
Luaran Yang
Diharapkan
Setelah melakukan
penelitian ini diharapkan terbitnya sebuah artikel tentang manfaat daun Kacang
Babi (V. faba L.) sebagai biopestisida termasuk kandungan bahan aktifnya
di jurnal ilmiah terakreditasi, disamping paten terkait dengan produk
biopestisida yang dihasilkan.
Kegunaan Program
Dengan
ditemukannya biopestisida dari daun Kacang Babi melalui penelitian ini, maka
ketergantungan para petani lokal terhadap pestisida kimia yang selama ini
digunakan diharapkan menjadi berkurang. Apalagi mengingat harga pestisida kimia
yang selama ini digunakan cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun dan
efek negatif yang ditimbulkannya.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
Kacang Babi
merupakan tumbuhan tahunan, kaku, gundul, dengan tinggi antara 30-180 cm.
Batangnya kuat, bersegi dan berongga; sementara daunnya berseling, menyirip
ganda, berjumlah 2-6, dan berbentuk bulat telur hingga menjorong. Perbungaannya
berupa tandan pendek diketiak dengan jumlah bunga 1-6; berukuran 2-4 cm x 1.5
cm, berwarna putih dengan loreng dan ruam, dan berbau. Polongnya agak
menyilinder hingga memipih. Di lapangan, panjang kultivar hanya 5-10 cm,
sedangkan bila ditanam di kebun dapat mencapai 30 cm.
Asal dan
sebaran geografis tanaman ini meliputi daerah Mediterania atau daerah di
selatannya. Di Asia Barat, tumbuhan ini telah ditanam sejak dahulu. Sekarang
secara luas ditanam di semua daerah hangat dan pada ketinggian lebih tinggi
dari daerah tropis. Tumbuhan ini tergolong dalam kacang polong utama dunia (http://dusunlaman.net/wpcontent/uploads/2008/11/tephrosia.jpg.; diakses tanggal 15 Oktober 2009).
Selama
periode pertumbuhan tanaman ini memerlukan temperatur rata-rata 18-27°C, dengan
sedikit atau tidak ada panas yang berlebihan. Curah hujan yang diperlukan
sekitar 650-1000 mm/tahun, dengan kelembaban
tertinggi kurang lebih 9-12 minggu setelah penanaman. Meskipun tidak tahan
kekeringan dan air yang berlebihan, tanaman ini dapat tumbuh pada hampir semua
jenis lahan. Pertumbuhan terbaiknya terjadi di lahan berliat, dengan pH optimum
sekitar 6,5. Perbanyakan tanaman biasa
dilakukan dengan biji. Bentuk fisik tanaman ini disajikan pada Gambar 1.
Kacang Babi
merupakan tanaman yang menjanjikan karena kultivar kacang keringnya mulai
dijadikan makanan untuk manusia dan ternak karena kaya akan protein. Karena itu
usaha untuk meningkatkan luas lahan dan produktifitasnya merupakan usaha yang
menjanjikan.

Gambar 1. Vicia faba L.
III. METODE PENDEKATAN
Persiapan Bahan Baku sebagai
Simplisia
Persiapan
simplisia meliputi beberapa kegiatan, yaitu pengumpulan bahan baku, sortasi,
pengeringan dan penggilingan daun Kacang Babi menjadi serbuk dengan ukuran
40-60 mesh
.
Ekstraksi
Metode
ekstraksi yang dilakukan adalah maserasi menggunakan pelarut etanol dan air.
Maserasi dengan pelarut etanol dilakukan pada suhu kamar selama 24 jam dengan
pengadukan sesering mungkin. Perbandingan sampel dan etanol sebesar 1:3.
Masing-masing ekstrak ditimbang untuk mengetahui rendemennya dan dilakukan uji
fitokimia untuk mengetahui kandungan kimia utamanya (Harborne, 1996).
Perhitungan rendemen dengan rumus:
Rendemen (%) = Bobot ekstrak (g) / Bobot serbuk yg diekstrak
(g) X 100%
Uji Fitokimia
a. Uji Alkaloid
Satu
gram ekstrak dilarutkan dalam 5 ml kloroform dan beberapa tetes amoniak. Fraksi
kloroform dipisahkan dan selanjutnya fraklsi kloroform diasamkan dengan asam
sulfat 2 M, kemudian dikocok sehingga terbentuk dua lapisan. Lapisan asam
sulfat diteteskan pada lempeng tetes dan ditambahkan pereaksi Dragendorf, Mayer
dan Wagner yang akan menimbulkan endapan dengan warna berturut-turut merah
jingga, putih, dan coklat.
b. Uji Terpenoid dan Steroid
Satu
gram ekstrak dilarutkan dalam 25 ml etanol panas (50oC), kemudian
disaring ke dalam pinggan porselin dan diuapkan sampai kering. Residu
ditambahkan eter dan ekstrak eter dipindahkan ke dalam lempeng tetes, lalu
ditambahkan 3 tetes anhidrida asetat dan satu tetes H2SO4
pekat (pereaksi Lieberman-Burchard). Warna merah atau ungu menunjukkan adanya
terpenoid dan warna hijau atau biru menunjukkan adanya steroid.
c. Uji Saponin
Satu
gram ekstrak dilarutkan dalam 100 ml air dan dipanaskan selama 5 menit. Setelah
itu ekstrak disaring dan filtrat digunakan untuk pengujian. Uji saponin
dilakukan dengan pengocokan10 ml filtrat dalam tabung reaksi tertutup selama 10
menit. Adanya saponin ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang stabil selama
15 menit.
d. Uji
Tanin
Satu
gram bubuk dilarutkan dalam 5 ml air, kemudian dididihkan selama beberapa
menit, lalu disaring. Filtrate yang dihasilkan ditambahkan 5 tetes FeCl3
1% (b/v). timbulnya warna biru tua atau hitam kehijauan menunjukkan adanya
tannin.
e. Uji Kuinon
Satu
gram ekstrak ditambahkan 100 ml air, dididihkan selama 5 menit dan disaring 10
ml filtrat ditambahkan 5 tetes larutan natrium hidroklorida 1 N. Apabila
terbentuk warna merah menunjukkan adanya kuinon.
f. Uji Flavonoid
Satu gram ekstrak ditambah metanol sampai
terendam lalu dipanaskan. Filtratnya ditambah H2SO4.
Terbentuknya warna merah menunjukkan adanya senyawa flavonoid.
IV. PELAKSANAAN PROGRAM
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian
ini dilakukan di Desa Sunia, Kecamatan
Banjaran, Kabupaten Majalengka dan Laboratorium Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan
IPB dan dari bulan Februari hingga
Mei 2010.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian terhadap kandungan senyawa kimia
ekstrak daun kacang babi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia Serbuk Daun Kacang
Babi
No.
|
Kandungan Zat
|
Hasil uji
|
1.
|
Alkaloid
|
+++
|
2.
|
Saponin
|
++
|
3.
|
Tanin
|
++
|
4.
|
Fenolik
|
-
|
5.
|
Flavonoid
|
-
|
6.
|
Triterfenoid
|
+
|
7.
|
Steroid
|
++
|
8.
|
Glikosida
|
++++
|
Keterangan
: - :
Negatif
+ : Positif lemah
++ : Positif
+++ : Positif kuat
++++ : Positif kuat sekali
Dari tabel 1. dapat
dilihat bahwa dari hasil uji fitokimia ekstrak daun kacang babi mengandung
glikosida, alkaloid, saponin, tanin, steroid, dan triterfenoid. Sedangkan
senyawa fenolik dan flavonoid tidak ditemukan.
Senyawa kimia pertahanan
tumbuhan merupakan metabolit sekunder atau alelokimia yang dihasilkan pada
jaringan tumbuhan, dan dapat bersifat toksik, menurunkan kemampuan serangga
dalam mencerna makanan, dan pada akhirnya mengganggu pertumbuhan serangga.
Senyawa kimia pertahanan tumbuhan antara lain meliputi tanin, saponin,
terpenoid, alkaloid, dan flavonoid (Ishaaya, 1986; Howe & Westley, 1988).
Tanin terdapat pada
berbagai tumbuhan berkayu dan herba, berperan sebagai pertahanan tumbuhan
dengan cara menghalangi serangga dalam mencernakan makanan. Serangga yang
memakan tumbuhan dengan kandungan tanin yang tinggi akan memperoleh sedikit
makanan yang bermanfaat bagi kehidupannya, akibatnya akan terjadi penurunan
pertumbuhan (Howe & Westley, 1988).
Saponin terdapat pada
berbagai jenis tumbuhan, dan bersama-sama dengan substansi sekunder tumbuhan
lainnya berperan sebagai pertahanan diri dari serangan serangga, karena saponin
yang terdapat pada makanan yang dikonsumsi serangga dapat menurunkan aktivitas
enzim pencernaan dan penyerapan makanan (Applebaum, 1978; Ishaaya, 1986).
Selanjutnya Smith (1989) menjelaskan bahwa alkaloid, terpenoid, dan flavonoid
merupakan senyawa pertahanan tumbuhan yang dapat bersifat menghambat makan serangga,
dan juga bersifat toksik.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan daun tanaman kacang babi sebagai
biopestisida pada tanaman sawi putih dan kol cukup efektif hal ini dapat
dilihat dari hasil uji lapangan pada lahan sawi putih dan kol di Desa Sunia,
Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka. Senyawa kimia yang berperan untuk
biopestisida dari ekstrak daun Kacang Babi diduga berasal dari senyawa
alkaloid, saponin, dan tanin.
VII. DAFTAR PUSTAKA
[Anonim].
2009. http://dusunlaman.net/wpcontent/uploads/2008/11/tephrosia.jpg. (Diakses
tanggal 15 Oktober 2009).
Applebaum, S.W. & Birk, Y. 1979. Saponin In: Herbivor their
interaction with Secondary plant metabolite Ed: Rosental G.A. & Janzen,
D.A. Academic Press. New York. London. pp.553-558.
Harborne J. B.
1996. Metode Fitokimia. K. Padmawinata dan I. Soediro (Penerjemah). S. Niksolihin (Editor). Bandung: ITB Press.
(Terjemahan)
Harjadi, S. S.
1999. Pengantar Agronomi. Jakarta: Gramedia.
Howe, F.H. & Westley, L.C. 1988. Ecological relationshis of plant
and animal. Oxford university press. New York. pp. 29-38.
Ishaaya, I. 1986. Nutritional and allelochemic insect plan interaction
reting to Digestion and food intake. Ed:
Miller, J.R. & Miller, T.A. Insect plan Interaction.
Springer-verlag. New York. London. pp. 639-642
Tidak ada komentar:
Posting Komentar